Bismillah,
Bercanda merupakan salah satu hal yang digemari masyakat Indonesia, baik itu anak-anak maupun orang tua; laki-laki maupun wanita; penarik becak maupun pedagang; pelajar maupun pegawai. Pokoknya segala lapisan gemar canda.
Saking tersebarnya kegemaran dan hobbi canda ini di masyarakat Indonesia Raya, sampai dijadikan propesi oleh sebagian orang. Nah, muncullah disana badut- badut, grup-grup lawak dan banyolan, ludruk, kelompok musik humoris, pantomin, film-film humoris, promosi dan media massa yang dihiasi dengan humor. Bukan cuma lewat media audio-visual, bahkan juga lewat karya tulis, dan buku-buku. Lebih ironisnya lagi kegemaran bercanda ini digunakan oleh sebagian kiai dan ustadz untuk menarik massa, pemanis retorika dalam berceramah dan berkhutbah sehingga menjadi ciri khas bagi dirinya. Tak heran jika disana ada sebagian pelawak dan artis jadi ustadz.
Bercanda merupakan salah satu hal yang digemari masyakat Indonesia, baik itu anak-anak maupun orang tua; laki-laki maupun wanita; penarik becak maupun pedagang; pelajar maupun pegawai. Pokoknya segala lapisan gemar canda.
Saking tersebarnya kegemaran dan hobbi canda ini di masyarakat Indonesia Raya, sampai dijadikan propesi oleh sebagian orang. Nah, muncullah disana badut- badut, grup-grup lawak dan banyolan, ludruk, kelompok musik humoris, pantomin, film-film humoris, promosi dan media massa yang dihiasi dengan humor. Bukan cuma lewat media audio-visual, bahkan juga lewat karya tulis, dan buku-buku. Lebih ironisnya lagi kegemaran bercanda ini digunakan oleh sebagian kiai dan ustadz untuk menarik massa, pemanis retorika dalam berceramah dan berkhutbah sehingga menjadi ciri khas bagi dirinya. Tak heran jika disana ada sebagian pelawak dan artis jadi ustadz.
Para pembaca yang budiman, di sana
terdapat beberapa canda yang diharamkan, karena melampaui batas
syari’at, seperti berikut ini:
Menyinggung Allah, Rasul-Nya, dan Syari’at-Nya
Di
antara musibah terbesar yang banyak melanda umat manusia, dari dulu
sampai sekarang. Yaitu menghina dan menyinggung Allah, para Rasul-Nya,
dan syari’at yang dibawa oleh mereka karena tidak sesuai dengan hawa
nafsunya.
Allah berfirman,
“Maka
berkatalah pemimpin-pemimpin dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu ,
melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami
tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang yang
hina-dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat
kamu memiliki suatu kelebihan apapun atas kami. Bahkan kami yakin
bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (QS. Huud :27)
Ejekan seperti ini, sama dengan
ejekan dan ocehan sebagian orang yang biasa mengejek orang-orang yang
belajar agama seraya berkata, “Tak ada gunanya kamu belajar agama. Coba
lihat orang yang belajar, tak ada di antara mereka yang kaya,semuanya
kere dan miskin. Modelnya juga kayak orang kampungan dan bodoh-bodoh”.
Parahnya lagi, ketika mereka
diajak melaksanakan sunnah Rasul r seperti memanjangkan jenggot sesuai
perintah Nabi, mereka ngomel, “Wah, ngapain panjangkan jenggot, mirip
orang tua aja. Lagian jorok dan ketinggalan zaman”. Si miskin ini tak
tahu, jika ia mencela masalah jenggot termasuk celaan terhadap Syari’at
Islam.
Syaikh Abdul Aziz bin
Baz-rahimahullah- berkata, “Barang siapa yang mengolok-olok suatu
(ajaran) dari agama Rasul, atau pahalanya, atau siksaannya, maka sungguh
perbuatannya adalah seperti perbuatan orang kafir berdasarkan
firman-Nya:
“Katakanlah: “Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok”. (QS.
At-Taubah: 65-66) [Lihat Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawwi’ah (1/131)]
Saudari-saudari kita yang yang
berjilbab dan bercadar sering mendapatkan olokan dari masyakat
disebabkan mereka memakai jilbab yang menutupi seluruh tubuhnya,
longgar, tebal dan berwarna hitam. Dimana-mana mereka mendapat olokan
dari masyarakat. Digelarilah: Ninja, setan, kemah berjalan, Vampire,
tukang copet dan kata-kata yang jorok lainnya.
Menanggapi masalah ini, Lajnah
Da’imah berfatwa, “Barangsiapa yang mengolok-olok seorang wanita
muslimah atau laki-laki muslim lantaran ia berpegang teguh dengan
syari’at Islam, maka perbuatannya adalah seperti perbuatan orang kafir.
Sama saja apakah (olokan) itu karena berhijabnya seorang wanita
muslimah dengan hijab syar’i atau karena masalah (syari’at) lainnya”.
Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’
(2/14 -15)
Wahai pembaca yang budiman, anda
telah melihat bahayanya menyinggung syari’at Allah ketika bercanda dan
humor. Janganlah kalian mengolok mereka lantaran mereka memanjangkan
jenggot atau memendekkan celananya di atas mata kaki. Sebaiknya kalian
diam dan mendoakan mereka agar tetap teguh di atas sunnah.
Diantara perkara yang masuk
dalam masalah ini adalah menjadikan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits
Rasululllah r sebagai bahan anekdot. Hindarilah karena ini berbahaya.
Merendahkan Orang Lain
Bercanda merupakan suatu hal yang memang mengasyikkan. Namun hal ini kadang mengantarkan pelakunya merendahkan orang lain.
Kita akan melihat ada sebagian
orang yang meniru gaya jalan kawannya, dan cara ngomongnya dengan alasan
humor. Sekelompok lagi, ada sebagian yang memberikan gelar-gelar
kepada kawan dan saudaranya. Andaikan gelar itu diberikan kepadanya,
niscaya hatinya akan jengkel. Bahkan ada diantara manusia yang tak
berperasaan, saat bercanda ia memukul temannya. Semua ini mereka
lakukan dengan alasan humor.
Semua ini merupakan perendahan
terhadap martabat orang lain, apalagi ia muslim. Penyakit ini muncul
disebabkan karena penyakit sombong dan hilangnya rasa malu di hati
pelakunya. Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda,
“Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain”. [HR. Muslim dalam Shohih- nya (91)]
Seseorang yang memiliki iman dan
rasa malu di hadapan Allah, niscaya tak mungkin akan mengantarkan
pemiliknya kepada sikap sombong dan merendahkan orang lain. Nabi
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Malu dan iman dikumpulkan
bersama-sama. Jika yang satu hilang, maka yang lain pun akan hilang”.
[HR. Al-Hakim (58) dan Al-Baihaqy dalam Asy-Syu’ab (7727), dan Abu
Nu’aim dalam Al-Hilyah (4/297). Lihat Jilbab Al-Mar’ah (hal.136)].
Ibnu Hajar
Al-Haitamy-rahimahullah- memandang bahwa di antara dosa besar adalah
mengejek para hamba Allah Ta’ala, tidak menghargai mereka, dan
merendahkan mereka. Beliau berkata setelah itu, “Semua yang disebutkan
tadi, prinsip dan dasarnya adalah keburukan akhlak dan rusaknya hati”.
[Lihat Az-Zawajir (1/141-142)]
Seorang yang memperbanyak canda
dan tawa, hatinya akan rusak dan mati dengan perlahan-lahan disebabkan
ia tak terasa telah melakukan dosa dan kekufuran yang menodai hati.
Nabi bersabda:
“Janganlah
kalian memperbanyak tertawa karena memperbanyak tertawa bisa mematikan
hati”. [HR. At- Tirmidzy (2305), Ibnu Majah (4193). Lihat Shohih
Al-Adab Al-Mufrod (253)]
Berbicara tentang Wanita
Berbicara
tentang wanita merupakan salah satu bahan humoran bagi sebagian orang
yang tipis imannya, dan rendah rasa malunya. Sampai kadang diantara
mereka menjadikannya sebagai sebuah propesi dan adat kebiasaan yang
sulit untuk ditinggalkan. Ironisnya lagi, jika kebiasaan ini menjangkit
di kalangan agamawan. Karena pembicaraan tentang wanita dominannya
mengarah kepada perkara tabu.
Seorang tabi’in, Al-Ahnaf bin
Qois -rahimahullah- berkata, “Jauhkanlah majelis kita dari obrolan
seputar wanita dan makanan karena aku benci seseorang yang suka
membicarakan (masalah) farji dan perutnya”. [Lihat Siyar A’lam
An-Nubala’ (4/94)]
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Di
antara manusia yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah
seorang laki-laki yang mendatangi istrinya, dan istrinyapun datang
kepadanya, lalu ia menyebarkan rahasianya”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya
(1437), dan Abu Dawud dalam Sunan-nya (4870)]
Imam An-Nawawiy–rahimahullah-
berkata, “Dalam hadits ini terdapat (faedah) diharamkannya seseorang
menyebarkan sesuatu yang terjadi antara dia dengan istrinya berupa
perkara jimak, serta menggambarkan hal itu secara rinci dan sesuatu yang
terjadi pada wanita di dalamnya berupa ucapan, perbuatan, dan
sejenisnya”. [Lihat Syarah Shohih Muslim (10/8)]
Seyogyanya seorang muslim
-apalagi pelajar ilmu syar’i- selalu berusaha membersihkan lidahnya
ketika ia berbicara di depan orang. Karena seorang yang mengotori
mulutnya dengan kisah-kisah dan cerita tentang wanita yang bisa
membangkitkan gejolak syahwat, akan merusak citra dirinya sendiri dan
memberikan dampak buruk kepada teman duduknya .
Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhuma- berkata,
“Sesuatu
yang paling pantas disucikan oleh seorang hamba adalah lisannya”. [HR.
Ahmad dalam Az-Zuhd (26), Abu Dawud dalam Az-Zuhd (322),Ibnu Abi Ashim
dalam Az-Zuhd (26),dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (1/307) dengan sanad
yang shohih]
Para ulama kita melarang
seseorang untuk berbicara tentang wanita, karena itu merupakan jalan
tergelincirnya seseorang dan bisa mengantarkan untuk membicarakan
perkara yang haram, berupa hal-hal yang berkaitan dengannya; entah itu
dengan menggambarkan keelokan tubuh dan perangai seorang wanita, ataukah
menyebarkan rahasia yang terjadi antara seorang suami dengan istrinya.
Sedang ini merupakan seburuk-buruknya perbuatan yang diberikan ancaman
keras bagi pelakunya sebagaimana dalam hadits di atas.
Dusta Demi Canda
Ciri
seorang mukmin adalah jujur dalam berbicara sebagaimana pribadi Nabi
kita. Abu Hurairah berkata, “Ya Rasulullah, engkau bercanda dengan
kami?” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku tak akan
mengucapkan sesuatu kecuali itu benar”. [At-Tirmidzy dalam As-Sunan
(1990). Hadits ini di-shohih-kan Al-Albany dalam Ash-Shohihah (1726)]
Satu bentuk kebiasaan buruk jika
seseorang berusaha untuk membuat orang lain senang dan tertawa, namun
ia mengucapkan sesuatu yang dusta sebagaimana yang dilakukan oleh
sebagian pelawak, dan pemain sandiwara atau orang yang cari-cari muka.
Jauhilah dusta dalam bercanda
sebab ini akan meluputkan kalian dari suatu fadhilah dan balasan yang
agung di sisi Allah pada hari kemudian. Nabi bersabda:
“Aku akan memberikan jaminan
sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan
sekalipun ia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas
surga bagi orang yang akhlaknya bagus”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan
(4800). Lihat Ash-Shohihah (494)]
Inilah sebagian canda dan humor
yang dilarang dalam Islam sengaja kami sampaikan di hadapan
saudara-saudara sekalian agar kita bisa mengenal dan menjauhinya. Sebab
berapa banyak orang masuk dalam neraka Cuma karena salah dalam
mengucapkan sesuatu.
Wallahu a'lam
Sumber : http://assunnah-qatar.com/artikel/tazkiyatun-nufus/item/1105-jangan-lupakan-adab-ketika-bercanda.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar